Sabtu, 11 Juli 2009

@CINTA MONYETKU TERTINGGAL DI TAMANSARI

Ditulis atas pesanan Mas Iqbal
By Rofi Widiastuti


“ Cepetan Bal...mereka dah nunggu!”, teriak Izzy tidak sabaran. “ Iya..bentar..tadi habis bare kamar mandi soalnya. Ini lagi pakai baju”. Jawabku tak kalah gusar. Bayangan senyum manis anak itu yang kulihat di perkemahan songsong ramadhan tahun 1990 membuat kesabaranku menipis. Tetapi dilain pihak aku tak berdaya menghadapi antrian mandi anak-anak asrama. Heran anak cowok mandinya pada lama bener. Ngapain aja ya dikamar mandi? Padahal aku..set..set...byur..tiga kali pakai gayung dah selesai. Jaman gini yang serba kilat mestinya jadi idola. Surat kilat, mandi kilat, belajar kilat, mengaji kilat dan ceramah kilat. Dengerin ustadz kasih kuliah tujuh menitpun kilat. Semisal tepat neh, 2 menit dengerin, 5 menit aku dah ngacir kealam mimpi. Tapi mana ada kultum kilat di Muallimin. Boro boro 7 menit, paling cepet tuh ustadz 15 menit baru kelar. Tapi i still love kilat. Untung aku ga ditaksir ama kilat halilintar. Ah mulai dah lebay. Kebiasaanku yang paling terpuji.
Sambil berdendang , selesai juga aku mengancingkan baju. Kulihat Izzy dah bermuka hantu didepan pintu. Senyum manis segera kuberikan padanya, ”Iya zy...tingggal sentuha terakhir neh”. Kusaut parfum seharga 5000 rupiah yang kubeli di Naga Mas dengan sisa uang jajanku. Ffuhhh dah wangi dah beres. Siap menjemput kencan si pemilik senyum manis anak Muallimat dari Jember. Lokasi kencan telah ditentukan. Taman Sari deket pasar ngasem. Lokasi yang tidak umum bagi anak-anak berkencan. Biasanya pada ngambil lokasi alun alun utara. terlebih di Jumat pagi kayak gini. Pasti penuh tuh dengan gerombolan anak muallimin muallimaat yang lagi olahraga. Lari paginnya cuman muterin alun-alun sekali doang. Padahal pemanasannya lama banget kayak mau marathon. Sekali puteran sambil ngos ngosan tidak lupa melempar lirikan dan senyum manis pada kumpulan anak muallimaat yang lagi melintas. Jika ada yang ditaksir, besoknya mulai cari cari informasi gebetan. Alamat surat bakal menyusul ke asrama berikut. Modus operandi yang sangat dihafal dan sebagai keahlian yang turun temurun dikalangan anak muallimin. Aku ga pengen menggunakan modus yang biasa. Selain tidak elegan karena pasaran, bagaimanapun aku mesti menjaga citra keluargaku yang cukup dikenal sebagai ”anak baik baik” dikalangan muallimin muallimaat. Tapi disii lain aku juga memiliki dorongan khas remaja, tertarik dengan lawan jenis.
Penampilanku dan Izzy Jumat pagi itu terasa aneh. Disaat yang lain memilih berolah raga atau yang mandi biasanya akan beraktifitas di SKM, kami dengan pakaian super rapi dan licin plus wangi, melenggang penuh misteri. Ngomong-ngomong soal pakaian licin, aku nyetrika pakaianku ini berulang ulang sampai halus sekali. Kukasih hanger dan deketin kapur barusnya. Jadi kebayang sekarang pas make, campuran bau kapur barus ma minyak wangiku. ffuhhh kombinasi yang sangat pas untuk membuat bidadari pingsan dalam pelukan. Bau banget. Tapi sutralah..yang penting pede,
Sampai di Tamansari kulihat masih sepi. Ya iyalah..jam 6 pagi sapa yang mau piknik. Emang dasar kami aja yang kerajinan datang. Berangkat dari Muallimin sejak subuh subuh dan kemudian berjalan kaki menuju tamansari. Ayam jago juga kalah dari kami soal disiplin ini. Sebelum subuh aku dah bangun. Mematut baju yang akan dipakai. Memeriksa isi dompet sapa tahu butuh bayarin lopis di ujung utara jalan dekat pasar ngasem. Makanan andalan karena murah meriah. Makanan yang mahal kagak kuat kebeli dengan wesel yang cekak. Lumayan masih ada ceban didompet. Kalo kepepet nanti ngutang Izzy dulu. Setelah sholat subuh yang kilat, aku antri mandi. Tapi dasar apes, tadi sempat ketiduran kilat. Akhirnya baru dapet jatah mandi setelah antri.
Perjalananku menuju Tamansari melintasi Pasar Ngasem yang sudah lumayan ramai aktivitasnya. Pasar yang menjadi pusat penjualan unggas di Yogyakarta terutama burung. Para penjual pasar sedikit memperhatikan kami. Senyum mereka nanggung. Kentara antara ingin menawarkan dagangan burung-burungnya, tetapi tidak ikhlas karena yang ditawarin kok wajah-wajah yang mengisyarakan model yang cekak duitnya. Mana gelagat kami menambah kecurigaan mereka. Antara malu-malu tapi mata belingsatan. Terlebih kalau mau belanja kok serapi dan sewangi ini. Mereka pikir barangkali sekarang pencuri burung sudah berubah gaya demi mempermulus operasi. Demi menyadari kemungkinan kecurigaan tersebut, agar meminimalkan kemungkinan keroyok massa, kami obral senyum pagi itu. Tak disangka sama sekali kami sukses besar. Nyatanya dengan jaminan diskon 100 persen, senyum kami laris manis. Laris dicuekin! Dengan harga diri yang hancur dan porakporanda oleh reaksi itu, kami mencoba melenggah gagah meski keringat bertotol segede jagung. Uji nyali. Takut diuber beneran karena lambat laun muka kami memang ga bisa dibedain lagi ma tukang copet, kami berjalan sambil merapalkan mantra melarikan diri. Akhirnya, setelah waktu 40 menit yang seakan tiada akhir, kami sampai juga di Tamansari. Ya Allah ujianMU ternyata belum berakhir juga. Mau naik keatas saja mesti berjuang mendaki. Sudahlah emang sih di Muallimin ga ada fasilitas olahraga panjat tebing, maka kuanggap sajalah ini latihan gratis. Serasa hari itu aku benar benar menjadi pejuang cinta. Hadiahnya istimewa. Sinergi kapur barus, minyak wangi dan keringat beraksi sempurna. Membuat orang dalam radius 1 meter dijamin menggelepar tak tahan. Baunya nyaris seperti sampah yang teronggok 4 bulan. Izzy saja sejak tadi kembang kempis hidungnya. Tapi entah karena memang bau atau lobang idungnya yang emang gede sampe butuh asupan udara yang banyak.
Tamansari ini adalah lokasi yang sangat bersejarah dan dijadikan heritage untuk Yogyakarta. Awalnya ini adalah salah satu istana raja. Sayangnya tahun 1990 ini kondisinya memprihatinkan. Banyak bangunan hancur yang belum direnovasi. Batu batu masih disana sini dengan coretan tangan jahil yang membuat keindahan tempat ini ternoda. Lumut bersuka cita menghiasi dinding dan batu yang serasa tak terkelola. Padahal tempat ini menawarkan keindahan bangunan karya seni yang luarbiasa. Ada lorong menuju pemandian putri putri keraton dan ada bekas sumur gumuling. Arsitek jaman dahulu ternyata memiliki inovasi yang sangat baik dalam mendesain sebuah istana. Sayangnya istana ini tidak lagi memiliki atap. Barangkali kalau ada judul sinetron, Istana Tak Beratap, maka lokasi ini akan sangat pas.
Ketika aku sampai ditempat itu, pemilik senyum manis itu belum menunggu. Memanfaatkan waktu, aku ingin menjelajah tempat ini dikunjungan pertama sekarang. “ Kita naik keatas yok Zy...liat diatas ada apanya!”, ajakku pada Izzy. Dengan mengangguk setengah terpaksa, Izzy mengikuti langkahku. Sampai diatas subhanallah, indahnya pemandangan ini. Dari tempat ini aku bisa dengan bebas mengedarkan pandangan membedah kota Jogja. Atap atap coklat khas genteng tradisional dari tanah mendominasi hiasan dari atas atap Tamansari ini. Kuhirup sepuas puasnya udara jogja yang masih murni dipagi ini. Stress dengan banyaknya pelajaran yang mesti dihafal dan dipelajari selama ini di Muallimin seolah menguap. Dikejauhan terdengan sepoi lagu Nike Ardilla, Bintang kehidupan. Amboiiiiii indah rancak hidup ini.Pagi yang sangat bersahabat denganku. Terlebih ketika Izzy menepuk pundakku bersemangan, “ Bal..Lihat mereka datang”. Aku menoleh pada arah yang ditunjuknya. Ah ya...dua bidadari sedang menuju ke arah kami. Si Pemilik senyum manis itu dan seorang lagi adalah pacarnya Izzy. Izzy menarik tanganku mengajak turun menuju kedalam area Tamansari. Menuju Sumur Gumuling.
Tiba-tiba aku merasa ada yang tidak beres denganku. Kakiku yang awalnya baik-baik saja tiba tiba bergetar hebat. Sampai sampai aku hampir tergelincir ditangga. Dadaku berdetak kencang . Jantungku agaknya bekerja rodi meski sumpah aku ga nyuruh begitu. Tanganku seperti orang yang kedingingan. Langkahku seperti membawa berat 1 kuintal di punggungku. Olala..sindroma cinta monyetkah ini? Semakin dekat aku semakin tak berdaya. Gugup aku duduk disalam satu tangga. ”Kita tunggu sini aja ya Zy. Nanti toh mereka kesini.”, pintaku pada Izzy. Alasan sebenarnya aku ga sanggup jalan lagi. Sumpah kakiku gempor rasanya. Malu-maluin sebenarnya. Preman di Muallimin kena demam panggung. Hiks..mengenaskan!
Ketika akhirnya mereka sampai didepan kami, Izzy mengambil inisiatif pembicaraan. ”Iqbal, kami kesana dulu . Kamu sama Tata dulu ya.”. Baru saja mulutku membuka ingin menyatakan keberatanku, Izzy dan ceweknya memisahkan diri menuju tangga yang lain di ruangan yang sama. Tinggalah aku dengan sisa tenaga dan wajah serupa kepiting rebus. ”em...a...u..i...e..o...”ucapku tak jelas. Catat, kalau dulu waktu bayi kata kata yang pertama kuucapkan adalah ma..ma..ma.., maka pengalaman cinta pertamaku ternyata mesti dihiasi dengan mengabsen huruf vokal. Mungkin kuatir kalau aku kemudian akan mengabsen huruf konsonan, si pemilik senyum manis itu, Tata, membuka suara, ” Suratnya sudah diterima?”. ” Sudah.”, jawabku tertunduk. Sejujurnya Tata memang yang memiliki inisiatif pertemuan ini. Melalui kurir adiknya Izzy yang sekolah di Muallimaat, Tata mengirimkan surat perkenalan dan persahabatan. Embrio yang menetas menjadi pertemuan ini. Sejenak hening karena kami tidak tahu harus membiacarakan apa lagi. Bicara disurat dan bicara langsung ternyata sangat jauh berbeda. ” Kamu asrama siapa?” Tanyaku kemudian memecah kebisuan kami. ” Aku asrama Bu Sa’adah. Kalau di Muallimin asramanya jadi satu atau kayak kami terpisah pisah?” Sambil bertanya, Tata melemparkan kerikil didepannya. Hiya, pertanyaan retoris. Aku yakin dia sebenarnya tahu jawabannya. Tapi aku jawab juga daripada bingung mau ngomong apa. Basa basi banget pada awalnya. Lambat laun, kebekuan komunikasi kami mencair. Kami bisa menemukan topik obrolan lain yang nyambung. Ngobrol jadi ga terlalu garing banget.
Akhirnya jam sembilan kami mengakhiri pertemuan itu. Hari itu aku puas banget menikmati senyum manis. Tiap jumat kami akan bertemu. Aku akan menggunakannya untuk mencoba merenda kasih dengannya.

***

Jenuh aku mendengarManisnya kata cintaLebih baik sendiriBukannya sekaliSeringku mencobaNamun kugagal lagiMungkin nasib iniSuratan tangankuHarus tabah menjalani
Lagu Bintang Kehidupan Nike Ardilla sedang hits saat ini. berdendang dengan sepenuh hati, aku mempersiapkan diri untuk pertemuan Jumat Pagi. Ini adalah pertemuan kami yang ke 6. Rencananya, besok aku ingin nembak dia. Semalam aku sudah berkonsultasi pada para suhu yang memiliki ilmu berlebih dalam dunia perpacaran. Aku memilih hati hati kontak dengan orang orang ini. Mereka di Muallimin dianggap anak nakal. tetapi dalam urusan beginian, dijamin jam terbang mereka lebih tinggi daripada ketua SKM. Lagi bosan saja ngurusin kegiatan sekolah. Kalau tidak rapat, ya pengajian. Muter segitu doang. Terlebih saat ini hatiku sedang berbunga bunga menyambut cinta pertamaku. Jurus-jurus mengungkapkan cinta telah kukantongi dengan sempurna. Tinggal dipraktekan saja nanti. Bagiku mudah saja. Berbagai praktek toh telah kulakukan di Muallimin. Praktek Sholat, Praktek Mengaji, praktek mengajar sampai praktek membuat para ustadz mengejar-ngejar keliling asrama 1 Muallimin yang sangat luas pernah aku lakukan. Saat itu aku ma teman-teman ketahuan mbolos. Para Ustadz yang sangat menyayangi kami tak ikhlas dan ingin menangkap basah kelakuan kami. Tidak ingin menjadi terdakwa yang artinya digundulin, maka kami menguji kemampuan lari marathon yang dilatih tiap jumat pagi. Alhasil terjadi pengejaran yang super dasyat yang berakhir menjadi pertarungan paling menghebohkan abad ini. Sayang nasib kami sedang dibawah naungan kebenaran sehingga karir para ustadz tetap bisa dipertahankan dengan sukses. Alias kami ketangkap dan dihukum. Sialnya ada temenku yang beruntung. Nasib baiknya membuat dia lolos dan dengan enaknya mencuci sembari menyaksikan kami seperti cacing yang kepanasan, yang kekurangan oksigen, yang dehidrasi dan ampir sekarat kehausan. Kehidupan diasrama memang penuh dengan ketegaan yang mengharukan seperti ini. Olala.
Jumat pagi. Persiapan beres, kali ini gantian aku yang nyamperin Izzy kekamarnya. Dia lagi asyik ngobrol dengan teman sekamarnya. Gila aja tuh anak, neh sudah jam 5. Pamali bisa bikin hoki jadi males menghampiri. ” Izzyyyyyyy!”, teriakku kenceng. Meski sudah 5 oktaf bunyi kuperdengarkan, yang dimaksud masih kalem aja. ” Ada apa bal?” tanya Izzy kalem. Gubrakk!! Event sepenting ini dia kagak ingat? ” Ini hari apa?” tanyaku memancing reaksinya. Kuharap dengan isyarat pertanyaan itu, Izzy faham dan ingat agenda penting kami. ” Jumat. Trus kenapa? ” . Haduh seperti ingin meledak kepalaku. ”Gila lho ya...hari gini lo lupa. Sekarang rencana besarku!”. Saking bersemangatnya aku lupa ada kuping lain yang sedari tadi pasang antena. Dalam radius kurang dari satu meter, dengan radarnya yang super sensitif segera memberikan respon. ”Ada apa sih?”. Selidik teman kamarnya Izzy ingin tahu. Segera kutarik Izzy kekamarku. Bakalan jadi gosip besar kalau kubiarkan yang lain tahu. Meski sebenarnya di Muallimin biasa ada support grup bagi para jombloers. Dipanas panasin supaya berani ngedeketin cewek dan macarin. Tapi buatku ya resikonya cukup tinggi. Kakakku adalah salah satu pengurus SKM. Bisa nyap nyap dia kalau tahu adiknya pacaran. Ikut menurunkan citra yang telah dibangun bertahun tahun. Aku memang bandel tetapi aku juga tidak ingin saudaraku menanggung dosa yang aku buat. Bijaksana sekali ya diriku. Narsis dot com.
Tangan Izzy yang kucengkram erat mulai berontak. “ Apa sih Bal? “ Tanyanya seolah tak mengerti. Sialan ni anak, dia kayaknya lagi ngerjain aku. Aku menatap matanya tajam. Ingin rasanya menelan bulat bulat tubuh montoknya. Lumayan mungkin setahun aku ga perlu makan dan bisa hibernasi. Melihat mataku yang melotot kayak orang kesurupan, Izzy tidak bisa menahan tawa. “ Iya deh...kamu kok kayak mau perang aja sih?”. Ledek Izzy penuh kemenangan. “ Ini pengalaman pertamaku Zy. Persiapan yang baik kan akan membantuku mengatasi kemungkinan terburuk.”, Keluhku. “ Ha..ha...ditolak? Ya kalau ditolak deketin yang lain kan beres. Lagian Bal, kalau dia emang ga suka sama kamu, kenapa dia kirim surat duluan? Kenapa dia mau kamu ajak ketemuan tiap jumat? Kamu ni aneh ya? “ Urai Izzy meyakinkanku. Biarpun nilai Izzy kehancurannya lumayan parah dibandingkan aku, tetapi kali ini analisanya sangat masuk akal. Kalau begitu, aku siap tempur. Tata, i will come to you. Bergegas kami melangkah ke Tamansari. Disana Tata telah menunggu bersama pacar Izzy. Semuanya terlihat sangat aman. Cuaca cerah. Situasi Tamansari tidak terlalu ramai. Semua kemungkinan terburuk tidak menampakan tanda-tanda. Izzy yang sangat faham agendaku, segera memisahkan diri begitu tiba.
Segera kusapa Tata. “Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa barakatuh”. Sapaan yang sungguh menyejukan. Jika para Ustadz melihat peristiwa ini, sebetulnya saat yang tepat untuk mengambil pembelajaran. Datang, lihat, pelajari dan ditiru kalau perlu. Jangan-jangan sakin sibuknya ngejar-ngejar anak-anak bandel langganan kayak aku gini, mereka jadi kuper dan ga tahu caranya ngedeketin cewek. Mereka kayaknya mesti belajar dari aku soal ini. Imbalan yang akan kuminta tidak banyak.Cukup nilai bagus untuk pelajaran yang aku ingin membolos. Aku bisa bilang inilah contoh sebuah pacaran islami yang selama ini dicari-cari konsepnya. Dibuka dengan salam dan ditutup dengan salam pula. Barakah Allah atasmu sekalian. Perkara diantara salam dan salam itu ada yang lain-lain urusan nantilah. Tapi sumpah, aku sama Tata ga ngapa-ngapain kecuali saling senyum malu. Biasanya model pacaran anak Muallimin Muallimat kan emang gini doang. Mau yang bagaimana lagi? tempat terbuka kayak gini bakalan ditimpukin orang kalau berbuat yang agak senonoh. Kalau senonoh sekalian mungkin malah dibiarin kali ya. Ditonton malahan. Dikira lagi orang yang lagi liburan dari RSJ Pakem. Gaya pacaranku mirip engkong Benyamin Sueb Almarhum. Kalau suka nonton film engkongku Benyamin Sueb ama Ida Royani, kayak gitu gambaran pacaranku. Persis. Malu-malu saling memandang dan berpegangan tangan sesekali. Karakter Benyamin boleh dibilang sama dengaku. Cengiranku aja mirip banget ama doi. Kagak jauh buah jatuh dari pohonnya. Cuman sekitar seratusan kilometer atau 3 jam perjalanan doang. Deketkan? Sayang nasibnya lain. Dia bintang film terkenal sementara aku bintang para pecundang.
Aku mengajak Tata mencari tempat duduk yang enak. ” Lagi ngapain tadi? ”. Basa basiku mulai keluar. ” Biasa aja. Tidak ada yang terlalu khusus sih.”. Jawab Tata lembut. ” Ada masalah apa kok mukamu kelihatan sayu begitu?” Pancingku perlahan. Menurut Kitab yang diajarkan Suhuku bahwa sebaiknya mengeluarkan pertanyaan dan pernyataan yang membuat cewek mengira bahwa cowok yang dihadapannya adalah tipe romantis dan perhatian. ” Ah masak sih sayu? ” Jawab Tata Manja. Yes, seperti mendapat angin, segera kuraih kesempatan itu. ” Oh ya, jelas banget kok. Matamu tuh yang bilang begitu. Aku seneng melihat matamu yang bening. Indah. Tapi kali ini kok kelihatan lain. ” Rayuku bersemangat. ” Kamu sampe segitunya merhatiin aku? Kamu kenapa perhatian sekali sih sama aku? ” Tanya Tata penasaran. Nah sekarang doi sudah masuk perangkap. Ini kesempatan emas yang sudah kutunggu tunggu. Setelah pelajaran cinta berminggu minggu. Pernyataan sakti ” aku cinta kamu” yang kurapal dan hapal 100 kali tiap mau tidur. Mimpi-mimpi yang menghantui tiap malam. Sholat tahajud yang selalu kulakukan tiap malam jumat doang. Doa-doa yang tak putus kulantunkan. Inilah jawabannya. Inilah waktunya. ”Ehm..ehm..begini Ta...a..i..u..e..o..”. Jiah..kok malah ngabsen lagi. Mati aku. Bagaimana bisa aku keselek kagak bisa ngomong begini? Biji kedondong kayaknya pindah ke tenggorokanku deh. Sumpah aku ga bisa ngomong apa-apa. Duhai mantra cintaku kemana dirimu? Duhai Tuhanku, tolonglah daku. Kenapa ini balasan atas segala usahaku? Tak adil oh tak adil. ”Kenapa Bal?” Tanya Tata heran. Aku ga bisa jawab pertanyaan Tata. Boro-boro jawab, satu huruf aja susah bener mau bilang. Mau pingsan aku rasanya. Gemetaran seluruh tubuhku kayak kena setrum waktu aku nyenggol kabel setrikaandi asrama yang terkelupas minggu lalu. Ini lebih parah. ”Kamu sakit Bal? Kok ampe keringatan gini?” Tanya Tata kembali. Dodol bener dah. Aku berjuang sekuat tenaga lepas dari tekanan ini. Percuma nanti semua usahaku selama ini. Kegagalan ini akan menghantuiku sepanjang hidup. Aku akan mencap diriku sendiri pecundang sejati. Izzy akan mengejekku sepanjang jaman. Duhai dosa yang tak akan berkesudahan. Aku tak sanggup menerima azab ini. Segera aku menghela napas panjang. Aku harus bisa. ”Ta, aku kepingin kita pacaran seperti temen kamu ituh” Akhirnya datang juga. Kalimat pernyataan cintaku. Meski tidak persis dari yang telah kupersiapkan tetapi bolehlah. Yang penting ga jadi pingsan dah. Dengan berdebar kutunggu jawabannya. Tata kembali tersenyum. Tapi kali ini senyumnya ga terlalu mempesonaku lagi. Aku nervous kembali menunggu jawabannya. ”Iya Bal.” Jawab Tata singkat. Ya Allah terimakasih atas anugerahmu. Akhirnya aku punya pacar juga. Leganya...
***

Setahun berlalu. Aku kembali lagi kesini. Ke Taman Sari yang penuh kenangan. Tapi kali ini aku sendiri. Izzy tidak lagi bersamaku. Aku ingin mengingat kenangan itu untuk terakhir kalinya. Hubunganku dengan Tata tidak lagi bisa dipertahankan. Minggu lalu aku menerima surat darinya.

Dear Iqbal...
.....aku merasa ada yang hilang dalam hubungan kita. Aku merasa kamu tak lagi memiliki perhatian yang sama. Seperti yang pernah kurasakan dan kukagumi pada masa sebelumnya. Sungguh aku tak tahu apa yang salah...

Yours truly,
Tata

Aku memutuskan tak membalas surat itu. Aku merasa kami tak sejalan lagi. Aku tak lagi memahami perhatian apa yang ia butuhkan. Setelah semua apa yang telah kulakukan. Aku akhirnya memilih menyerah. Memecang kenangan menjadi keping-keping yang berserakan. Disini di Tamansari. Hari sudah semakin siang. Tak ada gunanya aku disini lagi. Episode cintaku telah berakhir. Bergegas aku menuju alun-alun selatan. Disana telah menunggu Izzy bersama Pacarnya dan Sita. Nama yang terakhir adalah kecengan terbaruku. Aku siap memulai episode alun-alun selatan. Kisah Playboy cap kabel iqbal barusaja dimulai.

Hanya satu keyakinankuBintang kan bersinarMenerpa hidupkuBahagia kan datang ..oh oh


Tugas saya sudah kutunaikan Mas Iqbal...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar